Angin
Baputa Di Mukomuko..
Baru-baru ini terjadi salah satu fenomena
cuaca di Kabupaten Mukomuko, yaitu angin puting beliung (Angien Baputa, red.. ),
fenomena ini menjadi cukup aneh karena jarang terjadi di Kab. Mukomuko sehingga
fenomena ini diabadikan dalam photo dan video. Mengapa angina puting beliung bias
terjadi?.... berikut sekelumit penjelasannya…
Angin puting beliung adalah angin yang
berputar dengan kecepatan lebih dari 63 km/jam yang bergerak secara garis lurus
dengan lama kejadian maksimum 5 menit. Orang awam menyebut angin puting beliung
adalah angin “Leysus”, di daerah Sumatera disebut “Angin Bohorok” dan masih ada
sebutan lainnya. Angin jenis ini yang ada di Amerika yaitu “Tornado” mempunyai
kecepatan sampai 320 km/jam dan berdiameter 500 meter. Angin puting beliung
sering terjadi pada siang hari atau sore hari pada musim pacaroba. Angin ini
dapat menghancurkan apa saja yang diterjangnya, karena dengan pusarannya benda
yang terlewati terangkat dan terlempar.
Ciri-ciri
datangnya angin puting beliung
Ciri-ciri datangya angin puting beliung adalah
pada waktu siang hari terlihat adanya awan putih menjulang tinggi seperti bunga
kol, kemudian berkembang menjadi awan gelap yang disertai hembusan udara
dingin, dan angin mulai menggoyangkan pepohonan ke kiri dan ke kanan, tidak
lama kemudian angin semakin cepat dan diikuti hujan lebat dan terkadang disertai
hujan es. Terlihat di awan hitam pusaran angin berbentuk seperti kerucut turun
menuju tanah (bumi).
Penyebab
Terjadinya Angin Puting Beliung
Udara panas dan dingin bertemu, sehingga
saling bentrok dan terbentuklah puting beliung yang berawal dari angin kecil
hingga pada akhirnya membesar.
Proses
Terjadinya Angin Puting Beliung
Proses terjadinya angin puting beliung,
biasanya terjadi pada musim pancaroba pada siang hari suhu udara panas, pengap,
dan awan hitam mengumpul, akibat radiasi matahari di siang hari tumbuh awan
secara vertikal, selanjutnya di dalam awan tersebut terjadi pergolakan arus
udara naik dan turun dengan kecepatan yang cukup tinggi. Arus udara yang turun
dengan kecepatan yang tinggi menghembus ke permukaan bumi secara tiba-tiba dan
berjalan secara acak.Proses terjadinya puting beliung sangat terkait erat
dengan fase tumbuh awan Cumulonimbus (Cb)
Fase
Tumbuh
Dalam awan terjadi arus udara naik ke atas
yang kuat. Hujan belum turun, titik-titik air maupun Kristal es masih tertahan
oleh arus udara yang naik ke atas puncak awan.
Fase
Dewasa/Masak
Titik-titik air tidak tertahan lagi oleh udara
naik ke puncak awan. Hujan turun menimbulkan gaya gesek antara arus udara naik
dan turun. Temperatur massa udara yang turun ini lebih dingin dari udara
sekelilingnya. Antara arus udara yang naik dan turun dapat timbul arus geser
memuntir, membentuk pusaran. Arus udara ini berputar semakin cepat, mirip
sebuah siklon yag “menjilat” bumi sebagai angin puting beliung. Terkadang
disertai hujan deras yang membentuk pancaran air (water spout).
Fase
Punah
Tidak ada massa udara naik. Massa udara yang
turun meluas di seluruh awan. Kondensasi berhenti. Udara yang turun melemah
hingga berakhirlah pertumbuhan awan Commulus Nimbus
Oleh : Trisno Putra, dari berbagai Sumber 2015
0 komentar:
Posting Komentar