UNTUK KEGIATAN
PERTANIAN*
Risvan
Anwar**
Iklim merupakan komponen ekosistem
dan faktor produksi yang sangat dinamik dan sulit dikendalikan. Dalam praktek, iklim dan cuaca sangat sulit
dimodifikasi atau dikendalikan sesuai kebutuhan, kalaupun bisa memerlukan biaya
dan teknologi yang tinggi. Iklim/cuaca sering seakan-akan sebagai faktor
pembatas produksi pertanian.
Karena sifatnya yang dinamis, beragam dan terbuka pendekatan terhadap cuaca/iklim agar lebih berdayaguna dalam bidang pertanian, diperlukan suatu pemahaman yang lebih akurat terhadap karakteristik iklim melalui analisis dan interpretasi data iklim. Mutu hasil analisis dan interpretasi data iklim, selain ditentukan oleh metode analisis yang digunakan juga ditentukan oleh jumlah dan mutu data. Oleh karena itu, diperlukan koordinasi dan kerjasama yang baik antar instansi pengelola dan pengguna data iklim demi menunjang pembangunan pertanian secaara keseluruhan,
Karena sifatnya yang dinamis, beragam dan terbuka pendekatan terhadap cuaca/iklim agar lebih berdayaguna dalam bidang pertanian, diperlukan suatu pemahaman yang lebih akurat terhadap karakteristik iklim melalui analisis dan interpretasi data iklim. Mutu hasil analisis dan interpretasi data iklim, selain ditentukan oleh metode analisis yang digunakan juga ditentukan oleh jumlah dan mutu data. Oleh karena itu, diperlukan koordinasi dan kerjasama yang baik antar instansi pengelola dan pengguna data iklim demi menunjang pembangunan pertanian secaara keseluruhan,
IKLIM DAN TANAMAN
Iklim merupakan salah satu komponen
ekosistem (biofisik) yang proses dan dinamikanya dipengaruhi oleh faktor global
dan berada diluar atmosfir. Kejadian iklim tidak terlapas dari dinamika alam.
Istilah iklim yang sehari-hari dipahami secara awam, sebenarnya terkandung dua
pengertian dan terminologi yang agak berbada berdasarkan dimensi waktu, yaitu
iklim itu sendiri dalam pengertian climate dan cuaca dalam pengertian weather.
Iklim adalah gambaran umum atau keadaan rata-rata dari fisika atmosfer pada
suatu lokasi atau wilayah selama periode waktu tertentu (minimum harian).
Sedangkan cuaca adalah keadaaan fisika atmosfer pada suatu lokasi atau wilayah
pada saat tertentu atau dalam periode jangka pendek (maksimum harian).
Unsur-unsur iklim meliputi tekanan udara dan angin, curah hujan, suhu, radiasi
surya, kelembaban nisbi dan lain-lain.
-----------------
*
Makalah disampaikan pada Kegiatan Sekolah Lapang Iklim Tahap II tanggal
19 Mei 2015
**
Dosen Fakultas Pertanian Univ. Prof. Dr. Hazairin, SH Bengkulu
Tabel 1. Peranan unsur-unsur bagi tanaman
Unsur
Iklim
|
X1
|
X2
|
X3
|
X4
|
X5
|
X6
|
X7
|
Hujan
|
***
|
*
|
***
|
***
|
**
|
**
|
***
|
Radiasi Surya
|
***
|
*
|
***
|
***
|
**
|
***
|
***
|
Lama Penyinaran
|
*
|
*
|
*
|
*
|
***
|
**
|
**
|
Suhu
|
**
|
***
|
*
|
***
|
***
|
***
|
***
|
Kelembaban Relatif
|
*
|
*
|
**
|
*
|
**
|
**
|
**
|
ETP
|
**
|
**
|
***
|
***
|
*
|
*
|
**
|
CO2
|
***
|
*
|
*
|
**
|
*
|
*
|
**
|
Angin
|
**
|
**
|
**
|
*
|
**
|
*
|
*
|
Sumber : Las, Irianto dan Sumartini (2000)
Keterangan:
X1 = Fotosintesis
X2 = Respirasi
X3 = Evapotranspirasi
X4 = Pertumbuhan
X5 = Perkembngan dan Pembungaan
X6 = Pemasakan dan Umur
X7 = Produksi
Jumlah bintang mencerminkan bobot pengaruh
Pertumbuhan dan produksi tanaman merupakan
hasil akhir dari proses fotosintesis dan berbagai proses fisiologi lainnya.
Proses fotosintesis sebagai proses awal kehidupan tanaman pada dasarnya adalah
proses fisiologi dan fisika yang mengkonversi energi surya dalam bentuk
gelombang elektromagnetik menjadi energi kimia dalam bentuk karbohidrat. Sebagian energi kimia tersebut
direduksi/dirombak menjadi energi kinetik dan energi termal melalui respirasi
untuk memenuhi kebutuhan internal tanaman. Sedangkan sebagian lainnya
direformasi menjadi beberapa jenis senyawa organik, termasuk asam amino,
protein, lemak dan lain-lain melalui beberapa proses metabolisme tanaman.
Selain radiasi surya proses fotosintesis
sangat ditentukan oleh ketersediaan air, konsentrasi CO2 dan suhu
udara. Sedangkan proses respirasi dan beberapa proses metabolisme tanaman
secara signifikan dipengaruhi oleh suhu udara dan beberapa unsur iklim lainnya.
Proses transpirasi yang menguapkan air dari jaringan tanaman ke atmosfer merealisasikan
proses dinamisasi dan translokasi energi panas, air, hara dan berbagai senyawa
kimia lainnya didalam jaringan tanaman.
Secara fisika, proses transpirasi tanaman sangat ditentukan oleh
ketersediaan air tanah, radiasi surya, kelembaban nisbi dan angin.
Selain proses metabolisme, proses
pembungaan, pengisian biji dan pematangan biji atau buah juga sangat
dipengaruhi oleh radiasi surya (intensitas dan lama penyinaran), suhu tanah,
kelembaban nisbi dan angin. Oleh karena itu produktivitas dan mutu hasil
tanaman yang banyak dan baik ditentukan pada fase pengisian biji dan pematangan
biji atau buah sangat dipengaruhi oleh berbagai unsur iklim dan cuaca, terutama
radiasi surya dan suhu udara.
Secara aktual, berbagai proses fisiologi,
pertumbuhan dan produksi tanaman sangat dipengaruhi oleh unsur cuaca yaitu
keadaan atmosfer dari saat ke saat selama umur tanaman. Ketersediaan air (kelembaban tanah) sangat
ditentukan oleh curah hujan dalam periode waktu tertentu dan disebut sebagai
unsur iklim, yang pada hakekatnya adalah akumulasi dari unsur cuaaca (curah
hujan dari saat ke saat). Demikian juga
pertumbuhan dan produksi tanaman merupakan manifestasi akumulasi dari proses
fisiologi selama fase atau periode pertumbuhan. Oleh sebab itu dalam pengertian
yang lebih teknis dapat dinyatakan bahwa pertumbuhan dan produksi tanaman
dipengaruhi oleh berbagai unsur iklim ( sebagai akumulasi keadaan cuaca) selama
pertumbuhan.
PEMANFAATAN DATA
CUACA IKLIM
DALAM
KEGIATAN PERTANIAN
Secara teknis dalam budidaya tanaman, hampir
semua unsur iklim berpengaruh terhadap produksi dan pengelolaan tanaman. Namun masing-masing mempunyai pengaruh dan
peran yang berbeda terhadap berbagai aspek dalam budidaya tanaman. Sedangkan
secara konseptual, pendekatan dan informasi iklim dalam pembangunan pertanian
dengan 5 aspek atau kegiatan (Las, Fagi dan Pasandaran, 1999) yaitu:
1.
Pengembangan wilayah dan komunitas pertanian
seperti kesesuaian lahan, perencanaan tata ruang, pemwilayahan agroekologi dan
komoditi, sistem informasi geografi (GIS) dan lain-lain.
2.
Perencanaan kegiatan operasional (budidaya)
pertanian, seperti perencanaan waktu tanam, pola tanam, pengairan, pemupukan,
pengendalian hama terpadu (PHT), panen dan lain-lain.
3.
Peramalan dan analisis sistem pertanian, seperti
daya dukung lahan, ramalan produksi, pendugaan potensi hasil dan produktivitas
pertanian.
4.
Pengelolaan dan konservasi lahan (tanah dan air)
5.
Menunjang kegiatan penelitian komoditas dan
sumberdaya lahan serta pengkajian teknologi pertanian, terutama dalam
merumuskan atau menyimpulkan hasilnya.
Informasi
iklim sangat dibutuhkan dalam mengidentifikasi potensi dan daya dukung wilayah
untuk penetapan strategi dan arah kebijakan pengembangan wilayah seperti pola
tanam, cara pengairan, pemwilayahan agroteknologi dan komoditi. Pemwilayahan
komoditi pertanian dapat disusun berdasarkan agroklimat, karena tiap jenis
tanaman mempunyai persyaratan tumbuh tertentu untuk berproduksi optimal. Suatu
tanaman yang tumbuh, berkembang dan berproduksi optimal secara terus menerus
memerlukan kesesuaian iklim. Kondisi kesesuaian tersebut memungkinkan suatu
wilayah untuk dikembangkan menjadi pusat produksi suatu komoditi
pertanian. Kajian sumberdaya agroklimat
pada strata ini harus sejajar dan padu dengan kajian tanah, sosial ekonomi dan
faktor lainnya.
Informasi
iklim yang dibutuhkan dalam pengembangan wilayah adalah identifikasi dan
interpretasi potensi dan kendala iklim berdasarkan data meteorologi, seperti
curah hujan, suhu udara, radiasi surya dan unsur iklim lainnya. Pada kajian yang lebih kuantitatif data iklim
dibutuhkan sebagai input utama dalam pemodelan atau simulasi pendugaan potensi
atau produktivitas kegiatan pertanian.
Keadaan
iklim aktual (cuaca) pada periode tertentu sangat menentukan pola tanam, jenis
komoditi, teknologi usaha tani, pertumbuhan, produksi tanaman, serangan hama
penyakit dan lain-lain. Apalagi sistem
usaha tani pada lahan kering, berbagai unsur iklim terutama pola dan distribusi
curah hujan sangat dominan terhadap produksi.
Dalam
prakteknya, iklim dan cuaca sangat sulit untuk dimodifikasi atau dikendalikan
sesuai dengan kebutuhan, kalaupun bisa memerlukan biaya dan teknologi yang
tinggi. Untuk itu pendekatan yang
memerlukan input rendah adalah menyesuaikan kegiaan budidaya dan paket
teknologi pertanian dengan iklim dan cuaca yang ada pada suatu wilayah.
Efektifitas
dan efisiensi penggunaan pestisida dan herbisida untuk mengendalikan hama,
penyakit dan gulma juga sangat ditentukan oleh curah hujan, suhu dan
kelembaban. Pengendalian hama terpadu
(PHT) dengan menggunakan musuh alami yang dimungkinkan atas dasar pengetahuan
tentang iklim dan cuaca. Faktor cuaca,
suhu, curah hujan, kelembaban dan faktor cuaca lainnya dapat mempengaruhi cara
dan keberhasilan pengendalian hama penyakit, baik yang dilakukan secara kimiawi,
hayati maupun kultur teknis.
Kegiatan
operasional pertanian memerlukan prakiraan cuaca/iklim yang lebih akurat dan
kuantitatif dalam periode harian, mingguan, bulanan atau musiman. Ini dapat dilakukan melalui pengembangan atau
penerapan sistem analisis dan teknik prakiraan cuaca dan pendugaan iklim yang
lebih kuantitatif dengan model statistik.
Akurasi analisis dalam prakiraan tersebut sangat tergantung pada
ketersediaan, sebaran dan mutu data meteorologi`
Dibandingkan
dengan faktor produksi dan sumberdaya pertanian lainnya, peranan dan
pertimbangan terhadap sumberdaya iklim dalam pembangunan dan peningkatan
produksi pertanian relatif terbatas. Hal
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor:
1.
Perbedaan persepsi terhadap karakteristik
iklim. Banyak kalangan menganggap iklim
bukanlah sebagai sumberdaya, melainkan sebagai kendala produksi pertanian.
2.
Kurangnya apresiasi terhadap sumberdaya
iklim. Sumberdaya iklim yang dinilai
berbasis “given” harus diterima apa adanya dan tidak perlu diakukan upaya
antisipasi dan upaya memanfaatkan secara optimal.
3.
Sangat terbatas informasi iklim efektif dan
aplikatif (berdayaguna) untuk bidang atau kegiatan pertanian. Informasi agroklimat yang efektif dan
aplikatif dapat berupa identifikasi, analisis dan interpretasi, prediksi,
ramalan, zonasi, modeling dan sebagainya.
Selain
sangat erat kaitannya dengan kemampuan dan penguasaan teknik dan metodologi
analisis iklim, keterbatasan informasi yang aplikatif dan efektif juga
disebabkan oleh terbatasnya jumlah, mutu dan sebaran data iklim. Beberapa faktor penting untuk mengatasi
keterbatasan tersebut adalah melalui memperbanyak peralatan atau stasiun
pengamatan serta penyediaan dan pembinaan sumberdaya manusia untuk meningkatkan
mutu dan kemampuan analisis.
INFORMASI
IKLIM DALAM KETAHANAN PANGAN DAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS
Resiko
pertanian akibat pengaruh iklim antara lain terjadi melalui dampak kekeringan,
banjir, suhu tinggi, suhu rendah atau frost, angin, kelembaban tinggi dan
lain-lain. Resiko pertanian akibat iklim
tersebut selain menyebabkan rendahnya hasil baik secara kuantitas maupun
kualitas, juga ketidakstabilan produksi pertanian secara nasional. Faktor penyebab resiko pertanian antara lain
fluktuasi dan penyimpangan iklim, ketidaktepatan peramalan iklim, perencanaan
usaha tani dan pemilihan komoditas/varietas yang kurang sesuai dengan kondisi
iklim.
Analisis
iklim dalam kaitannya dengan resiko pertanian antara lain adalah pemodelan
iklim untuk peramalan iklim dan penyimpangannya, karakteristik dan analisis
sifat curah hujan, peluang deret hari kering (tanpa hujan) dalam kaitannya
dengan kekeringan, intensitas dan pola curah hujan dalam kaitannya dengan
resiko ancaman banjir, erosi dan lain-lain.
Dalam
pembangunan pertanian yang lebih berorientasi atau berbasis dan bertujuan untuk
optimalisasi dan efisiensi sumberdaya pertanian termsuk sumberdaya agroklimat
dibutuhkan suatu pertanian preskriptif (prescriptive farming), yaitu sistem
usaha pertanian yang sesuai (produksi tinggi dan efisien) dengan potensi
sumberdaya, faktor sosial ekonomi dan kelembagaan (Makarim, Sirman dan Sarlan,
1999).
Dalam
sistem pertanian preskriptif tersebut dibutuhkan informasi yang lengkap dan
handal seluruh komponen dan sub komponen dalam sistem produksi, termasuk iklim
(Sumarni, 2000). Berbeda dengan komponen
produksi lain, peluang untuk memanipulasi faktor iklim sangat kecil, sulit
diduga, tetapi sangat menentukan produktivitas tanaman. Oleh sebab itu,
informasi iklim sangat srategis dan menjadi pertimbangan yang lebih dini dalam
pengembangan pertanian preskriptif tersebut.
Berdasarkan
analisis resiko akibat iklim, dapat dikembangkan sistem pengelolaan lahan yang
terintegrasi dengan mempertimbangkan karakteristik biofisik, terutama smberdaya
tanah dan iklim. Untuk lebih efektif dan berdaya hasil tinggi dan
berkelanjutan, diperlukan kombinasi optimal antara teknologi produksi dan
komoditas dengan sistem pengelolaan sumberdaya lahan secara optimal.
Konsep
pertanian tangguh yang antara lain dicirikan oleh sistem agribisnis adalah
pertanian yang mampu menghasilkan produksi secara optimal, mantap (stabil) dan
berkelanjutan yang secara ekonomi menguntungkan serta mampu melestarikan
sumberdaya dan lingkungan. Oleh karena
itu, analisis resiko iklim tidak hanya ditujukan untuk memproteksi tanaman dari
deraan iklim, tetapi juga memproteksi dan mengkonversi sumberdaya lahan secara
efektif dan antisipatif.
KESIMPULAN
1.
Iklim merupakan komponen ekosistem dan faktor
produksi yang sangat dinamik dan sulit dikendalikan dan diduga, oleh karena itu
pendekatan yang paling baik dalam rangka pembangunan pertanian adalah
menyesuaikan sistem usaha tani dengan keadaan iklim setempat.
2.
Faktor iklim mempunyai peranan yang sangat
penting dalam perencanaan dan sistem produksi pertanian karena seluruh unsur
iklim berpengaruh terhadap berbagai proses fisiologis, pertumbuhan dan
produktivitas tanaman.
3.
Untuk meningkatkan efektifitas informasi iklim
dan penggunaannya perlu dikembangkan suatu sistem jaringan stasiun dan data
base yang lebih efektif yang didukung sistem kelembagaan dan koordinasi yang
terpadu.
DAFTAR PUSTAKA
Las, Irianto dan Surmaini. 2000. Pengantar Agriklimat dan
Beberapa Pendekatan.
Balitbang Pertanian, Jakarta.
Makarim, Sirman dan Sarlan. 1999. Efisiensi Input Produksi
Tanaman Pangan
Melalui Prescription Farming. Simposium
Tanaman Pangan IV.
Puslitbangtan Pangan, Bogor.
Surmaini. 1999. Analisis Peluang Penyimpangan Iklim dan Pola
Ketersediaan Air
pada Wilayah Pengembangan IP Padi 3000.
Puslittanak ARMP II,
Balitbang Pertanian, Jakarta.
Winarso, P. A. 1998. Peramalan Cuaca dan Iklim serta
Pemanfaatannya untuk
Pertanian. Makalah Pelatihan Analisa dan
Pemantauan Faktor Iklim untuk
Pertanian. Dept. Pertanian, Jakarta.
----------------. 2000.
Kondisi dan Masalah Penyusunan Prakiraan Cuaca dan Iklim
dan Prospeknya di Indonesia. BMG, Jakarta.
Di Sunting oleh : trisno putra, 2015
0 komentar:
Posting Komentar